Tuesday, January 28, 2014

Umroh Hari Ketiga: Madinah City Tour




Setelah semalam berjuang menuju Raudhah, jadwal kami adalah: City Tour alias jalan-jalan yeaayy... Tapi, namanya juga (ibadah) umroh, jalan-jalannya masih terkait dengan religi. Tujuannya? 

1. Masjid Quba

Kami berangkat dari hotel pukul 8 pagi. Cuaca pada waktu itu mendung. Dan, alhamdulillah, kami menikmati hujan di tanah Arab yang katanya hanya datang sekali atau dua kali di sini.

Masjid Quba malam hari, foto diambil dari sini.


Di masjid Quba, kami melaksanakan shalat Dhuha. Tempat sholat untuk jamaah perempuan ada di atas. Saat naik ke lantai atas, jamaah sangat perlu berhati-hati karena untuk naik dan turun digunakan tangga yang sama. Untuk jamaah berusia lanjut wajib dijaga atau minimal berpegangan pada pegangan dekat dinding sepanjang tangga.


Interior Masjid Quba, foto diambil dari sini
Masjid Quba merupakan masjid pertama kali yang dibangun Nabi Muhammad SAW di Kota Madinah. Masjid ini dibangun pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi oleh Rasulullah dan para sahabat saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Otomatis, masjid ini merupakan masjid tertua dan masjid pertama di dunia.

Masjid yang berdiri sekitar 5 kilometer di bagian Tenggara Kota Madinah ini disebut di dalam Al Quran sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa. Seperti tertuang dalam Surat At Taubah:108. Allah memuji masjid ini yang menjadi tempat salat para penduduk Quba.

Firman Allah SWT, Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri. (At Taubah, 108).  (sumber: wikipedia).

Menurut Muthawwif, pahala shalat di masjid Quba setara dengan 500 kebaikan. Saya sendiri belum paham bagaimana menilai 500 kebaikan. Ada juga yang menyebutkan, pahala shalat di masjid Quba setara dengan 500 pahala shalat di masjid lain (selain masjidil Haram, masjid Nabawi, masjidil Aqsha). Wallahu ‘alam, biarlah Allah yang menilai.

Seusai shalat Dhuha, rupanya hujan di luar sana semakin deras. Jadi kami memutuskan untuk menunggu sejenak sembari berfoto (maaf sedikit narsis hehe).

Bersama Ibu :)

 2. Jabal Uhud

Setelah hujan reda, kami melanjutkan perjalanan ke Jabal Uhud. Sayang sekali karena hujan makin deras, kami tidak dapat turun untuk mendekat ke Jabal Uhud. 

Jabal Uhud (gunung Uhud), adalah gunung batu berwarna kemerahan, tidaklah begitu besar, tingginya hanya 1.050 meter dan terpisah dari bukit-bukit lainnya. Berlokasi sekitar 5 kilometer sebelah utara kota Madinah.


Bentuk Jabal Uhud, seperti sekelompok gunung yang tidak bersambungan dengan gunung-gunung yang lain. Sementara umumnya bukit di Madinah, berbentuk sambung menyambung. Karena itulah, penduduk Madinah menyebutnya Jabal Uhud yang artinya ‘bukit menyendiri’.


Jabal Uhud, gambar diambil dari sini

Jabal Uhud, termasuk salah satu bukit yang sangat memiliki nilai sejarah penting dalam sejarah Islam. Di bukit ini, terjadi peperangan yang sangat memilukan dalam sejarah Islam. Pasukan kaum Muslimin yang dipimpin langsung Nabi Muhammad SAW, bertempur habis-habisan dengan kaum musyrikin Kota Makkah.

Kisah pilu ini, digambarkan oleh Rasul dengan menyebut bukit ini sebagai bukit yang nantinya akan bisa dilihat di Surga. Jadi, umat Islam yang kini akan melaksanakan ibadah haji dan menyempatkan diri untuk berziarah ke Bukit Uhud, insya Allah saat berada di Surga juga akan menyaksikan kembali bukit ini.

Merinding rasanya T_T

3. Kebun Kurma

Pukul 9.30 kami sampai di kompleks perkebunan  kurma. Sayangnya, kurma berbuah pada bulan Juni, sehingga kami tidak dapat melihat kurma berbuah di pohonnya. Ditambah lagi cuaca pada waktu itu hujan. Jadi kami langsung diantar ke Pasar Kurma.



Pasar kurma ini berupa satu toko yang cukup luas, menjual berbagai macam oleh-oleh khas Arab. Jangan heran kalo di sini berisiiiik sekali. Pedangang menawarkan Di sini dijual semua jenis kurma mulai dari yang murah sampai yang mahal. Daaan...semua boleh dicicipi meskipun tidak jadi beli. Jadi, saran saya, pantang pulang sebelum kenyang hehehe. Kapan lagi mencicipi kurma mahal? 

Selain itu, ada juga cokelat. Cokelat curah dijual 40 SAR per kilogram (di pelataran Masjid Nabawi dijual 20 SAR). Sedangkan cokelat batu dijual 45 SAR per bungkus. Waktu itu saya sudah terlanjur beli 2 bungkus tapi nyesel (karena lebih murah di Mekkah hehe).

Bapak, 2 jemaah rombongan, dan om saya yang narsis

Pasar kurma juga melayani pengiriman oleh-oleh dalam jumlah besar ke Indonesia. Semua petunjuk dituliskan dalam bahasa melayu/Indonesia. Di sisi luar toko ini, ada yang menjual kurma segar 15 SAR/kg. Rasanya mirip seperti matoa tetapi sedikit lebih kering. Sayangnya kurma segar tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama.

Di sekitar pohon kurma
Sepulang dari Pasar Kurma, hujan semakin deras. Kami beruntung, sekali lagi Alhamdulillah. Hujan di Madinah yang benar-benar jarang terjadi, dan kami mengalaminya. Di sepanjang jalan, ada beberapa genangan yang mirip seperti Jakarta ketika banjir, tapi tanpa kemacetan.
Selanjutnya biarkan foto yang bercerita yah ^_^







No comments:

Post a Comment