Monday, July 30, 2012

PCPM Bank Indonesia



Setelah ada permintaan dari beberapa junior di kampus, tulisan ini dibuat atas permintaan mereka yang sedang mengikuti seleksi PCPM XXVI. Daripada saya harus menjawab sms satu per satu, check it out saja..

 
Kartu peserta tes: semua tahap sudah dilalui!!

Entah dari mana datangnya godaan yang membuat saya ingin mencoba satu hal ini: Seleksi PCPM XXV Bank Indonesia Tahun 2012. Yup! Meski saya sudah berstatus PNS, bukan berarti tidak boleh mencobanya kan? Memang banyak bukti orang-orang yang keluar dari tempat kerjanya yang boleh dibilang sudah mapan, demi mendapat tempat yang diidamkan oleh banyak orang itu.

Awalnya saya mengikuti seleksi ini karena iseng. Hehe. Adik saya memilih Jakarta untuk mengikuti seleksi ini dengan pertimbangan ada saya yang bisa membantu selama ikut seleksi di Jakarta. Terpikir oleh saya, kenapa saya tidak sekalian ikut mencobanya? Toh juga nanti saya akan mengantar dan menjemput adik saya untuk mengikuti seleksi. Hasrat lain lebih karena penasaran. Tahun 2009 saya pernah mencoba ikut seleksi ini, tetapi hanya pada tahap pertama saja. Di samping itu, PNS tidak boleh mengikuti seleksi CPNS. Jadi, ini adalah salah satu jalur pelarian saya. Hehe.

Formasi yang dibutuhkan waktu itu belum diumumkan. Hanya saja saya menemukan angin segar ketika saya melihat ada formasi untuk S1 jurusan Matematika. Tahapan tes terdiri dari 8 tahap termasuk tes online. Memang banyak. Tapi karena saya menjalaninya tanpa beban, satu persatu saya lalui tanpa terasa. Berikut ini tahapan seleksi yang saya ikuti setelah pendaftaran secara online:

Tahap
Jenis Tes
Jadwal Saya
Tempat
1
Tes kemampuan umum, pengetahuan umum, dan pengetahuan khusus
Awal Februari
Gedung Bina Manajemen PPM Menteng, Jakarta Pusat
2
Tes bahasa Inggris (pendahuluan) dan tes psikologi tertulis
Minggu, 26 Februari 2012
3
Diskusi kelompok dan wawancara individual
Selasa, 20 Maret 2012
4
Tes TOEFL
Sabtu, 7 April 2012
5
Tes Pskiatri
Sabtu, 21 April 2012
SD Yasporbi, Jakarta Selatan
6
Tes Kesehatan
Selasa, 8 Mei 2012
Bidakara Medical Center, Jakarta Selatan
7
Jumat, 20 Juli 2012
Gedung Tipikal Lt.12, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta

Dari tahap satu ke tahap berikutnya, biasanya peserta akan diberitahu lewat sms untuk mengecek pengumuman yang sudah tersedia di website. Ada peserta yang tidak mendapatkan sms. Jadi sebaiknya rajin-rajinlah mengecek website.

Selama mengikuti tes, saya mengikuti forum di Kaskus untuk mencari informasi utama seputar tes ini. Ini sangat berguna karena kita sulit menemukan teman di kota lain yang sudah mengikuti tes. Lin forum kaskus untuk PCM XXV ada di sini.

Jika kita sudah memiliki sertifikat ITP TOEFL dengan skor di atas 500, maka kita bisa melewati tahap 4. Langsung meluncur ke tahap 5. Jadi, jika masih ada waktu, cepat-cepat ikut ITP TOEFL. Itung-itung buat latihan.

Mengikuti tujuh kali tes itu tentu sangat melelahkan karena menyita waktu dan energi saya. Tapi memang itulah tahap yang harus dilalui untuk sampai ke pertempuran terakhir lewat wawancara. Yang tidak kalah penting, persiapkan diri sebelum mengikuti tes. Setelah siap, jangan merasa minder karena itu akan merusak mood kita waktu tes. Setelah selesai menjalani tes, pasrahkan semua pada Allah. Dia yang akan memilihkan yang terbaik untuk kita.

Friday, July 20, 2012

Final Battle


Hari ini saya sudah mulai puasa, sehari lebih awal dari yang ditetapkan pemerintah. Seperti biasa, dan pada umumnya, kita butuh sedikit penyesuaian pada hari pertama puasa. Awal bulan ramadhan kali ini bertepatan dengan akhir perjalanan saya dalam proses seleksi pegawai BI, seleksi tahap ketujuh. Ya, BI alias Bank Indonesia.

Gak bercanda kan? Enggak, hehe. Ini serius. Tapi kali ini saya ingin cerita tentang pengalaman hari ini. kalau tentang awal mulanya, di lain cerita saja ya, hehe..

Saya mendapat email dari staf BI hari Rabu setelah makan siang. Waktu dapat email itu, saya lega banget karena kegelisahan selama lebih dari enam minggu menanti jadwal wawancara terjawab sudah. Di email itu tertera jadwal wawancara saya adalah hari Jumat, 20 Juli 2012, pukul 08.00. Ketentuan mengikuti wawancara ada tiga: pertama, hadir 30 menit sebelum waktu yang ditentukan; kedua, mengenakan kemeja putih dan celana/rok warna hitam; dan yang ketiga, membawa kartu peserta ujian. Kartu peserta ini hanya sekali diberikan dan selalu dibawa setiap kali mengikuti tes.

Gedung BI

Saya bersiap lebih pagi dari biasanya saya berangkat ke kantor. Saya sudah tiba di Gedung Tipikal BI pukul 07.00. Satpam di gedung itu menyuruh saya untuk menunggu di ruang resepsonis. Pukul 07.15 saya dan dua peserta dipersilakan naik ke lantai 12 menuju Divisi Pelaksanaan Pemenuhan dan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia. Di sana, kami dikumpulkan terlebih dahulu untuk diberikan pengarahan. Pengarahan ini berisi: tips-tips wawancara, gambaran umum kondisi ruangan saat wawancara nanti, termasuk jumlah pewawancara. Pada hari itu ada 12 orang yang mengikuti wawancara. Kedua belas orang itu terbagi menjadi tiga kelompok sesuai bidangnya. Hal ini dilakukan agar pewawancara lebih mudah menilai peserta dengan bidang pendidikan yang sama. Saya bersama tiga peserta lainnya tergabung dalam tim yang diwawancarai oleh Direktorat Keuangan dan Moneter. Mereka semua juga lulusan matematika, satu orang lulusan UGM sedangkan dua orang lainnya lulusan ITB. Wah, sudah jatuh mental duluan >.< but the show must go on.

Pukul setengah sembilan kelompok kami dipandu menuju lantai 19 Gedung B, gedung baru yang berwarna biru. Saat keluar dari lift di lantai itu saya melihat tulisan Biro Riset Ekonomi. Saya pikir, divisi inilah yang memiliki tugas melaksanakan riset di bidang ekonomi. Setelah itu, kami diberikan pengarahan sekali lagi. Pengarahan kali ini lebih detail terkait hak dan kewajiban ketika sudah diterima menjadi pegawai BI. Yang akan mewawancarai kami adalah pegawai BI setingkat direktur yang mempimpin suatu direktorat. Kami diberi penjelasan, jika diterima menjadi PCPM nanti, kami harus mengikuti pendidikan selama setahun. Selama pendidikan ini, calon pegawai mendapatkan tunjangan (bukan gaji) untuk tempat tinggal, transportasi, uang makan, dan uang kesehatan sebesar 4,8 juta per bulan. Bagi yang lulus masa pendidikan dan diangkat menjadi pegawai akan mendapatkan gaji antara 8,7-9,1 juta per bulan, bergantung pada tingkat kemahalan kota penempatan, kemudian fasilitas asuransi kesehatan (untuk suami/istri dan anak, sampai anak ketiga), juga rumah dinas (di daerah kesempatannya lebih mudah daripada di Jakarta). Waahh banyak bangeeettt.

Setelah itu kami dipersilakan keluar untuk kemudian dipanggil satu persatu. Saya mendapat urutan kedua. Jujur, saya sangat nervous. Sudah sekitar dua setengah tahun yang lalu saya ikut wawancara seperti ini, rasanya sudah lupa, hehe.. Apalagi sekarang ini posisi yang dilamar memiliki fasilitas yang menggiurkan.

Menunggu peserta pertama sepertinya lamaaa sekali.. Begitu peserta pertama selesai, jantung saya berdebar-debar, makin grogi. Apalagi melihat salah satu pewawancara tengah membuka buku tentang time series setebal sepuluh senti.

Pertanyaan wawancara diawali dengan topik kota asal saya. Mereka memegang CV yang berisi data isian saya sewaktu melamar. Pada intinya pertanyaan dapat dikategorikan menjadi tiga:

  1. Pertanyaan tentang substansi mata kuliah saya. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain tentang: persamaan regresi, konsep ordinary least square, asumsi regresi, kriteria robust (Best Linear Unbiased Estimator), autoregresi, asumsi erornya, sampai pemrograman. Mereka juga menanyakan apakah saya bisa menuliskan program untuk mencari OLS. Saya benar-benar tidak tahu, jadi saya jawab tidak bisa, pak. Oh ya, rantai Markov dan sifat-sifatnya juga ditanyakan. Masha Allah, itu sudah lama sekali, dan saya tidak bisa menjawabnya dengan sempurna.
  2. Pertanyaan tentang pengetahuan BI. Hal-hal yang ditanyakan meliputi: fungsi BI, tiga pilar BI (saya nggak hafal, padahal udah baca), moneter, inflasi, independensi BI (pengertian, pengaruh, dan contoh campur tangan pemerintah). Padahal yang saya pelajari tentang info terkini tentang pinjaman Indonesia untuk IMF.
  3. Pertanyaan tentang pekerjaan saya sekarang. Setelah saya menjelaskan, saya ditanyai, apakah pernah mengalami kondisi yang tidak diharapkan saat bekerja? Kemudian apa yang dilakukan? Jam kerja di tempat saya juga ditanyakan, apakah sering lembur? Kapan dan mengapa harus lembur? Apakah terbiasa bekerja pada hari sabtu-minggu? Apakah mengalami kesulitan jika harus bepergian ke lapangan? Untuk bagian ini saya bisa menjelaskannya dengan baik. Ya iya lah, karena saya sedang mengalaminya.

Wawancara saya berlangsung 45 menit. Itu adalah waktu minimal yang disebutkan panitia. Katanya, jika berlangsung cepat berarti hasilnya kurang bagus. Jika memakan waktu lama berarti tandanya pewawancara senang mengobrol dengan kita.

Yang jelas, semua langkah ini sudah saya jalani. Saya menyerahkan hasilnya pada Allah. Insya Allah pasti kita diberikan yang terbaik. Saya bisa mengikuti seleksi ini sampai tahap terakhir, minimal itu sudah merupakan suatu achievement bagi saya.

Semoga berguna.

At least sudah sampai final, hehe

Friday, July 6, 2012

"Sembilan"

Ada menu yang sekuat tenaga, saya dan istri, coba hindari, yaitu mie instant. Padahal jelas rasanya enak, gampang dibikin, ditambah telor dan cabe bisa jadi menu alternatif. Apalagi kalau sedang turun minat makan menu harian.

Kami mungkin "korban" kampanye hidup sehat. Meski predikatnya korban, toh kami bersyukur juga karena dampaknya positif. Banyak yang bilang jenis makanan ini pelan-pelan jadi racun bagi tubuh, jadi wajar kan kalau ada kekhawatiran.

Soal mie instant ini jadi bagian dari bahan obrolan kami soal keinginan hidup sehat. Topik lain biasanya adalah gorengan, lodeh bersantan kental (yang jadi kegemaran), kebiasaan jalan pagi di hari libur yang susah jadi rutinitas, sampai menu-menu alternatif tanpa minyak.
Bagian ini istri memang agak bawel, hehehe.

Kalau dengar ada kawan yang dipanggil Tuhan pada usia muda, apalagi yang karena sakit jantung atau kanker, pasti ada perubahan drastis di rumah. Menu masakan sehat, yang serba rebus dan bebas minyak silih berganti datang. Olahraga juga jadi prioritas di minggu pagi. Pendeknya, semangat hidup sehat menggebu-gebu. Setidaknya sampai beberapa hari, hingga ingatan soal kawan yang meninggal gara-gara kanker atau serangan jantung itu lewat tanpa bekas. Lalu kebiasaan makan menu tak ramah jantung dan berpotensi kanker datang lagi. Gorengan di pagi hari, lodeh santan, menu padang, termasuk item-item aneh macam iso, babat dan bangsa jeroan lain. Semangat untuk disiplin makan sayur, rajin konsumsi buah, rutin olahraga lewat bersama angin.

Sampai perut makin buncit dan semakin banyak celana jeans harus digantung karena tak muat lagi. Sampai ada berita lagi soal kawan yang meninggal karena kanker atau serangan jantung. Ada juga perasaan kangen pada lingkar perut 80 cm dan mulai kecapekan membawa bagong style yang 93 cm ini. Meski selalu hanya one pack dan bukannya six pack, tapi 80 tentu jauh lebih nyaman dibanding ukuran nyaris semeter.
Istri sering bawel kalau soal lingkar perut sudah saya omongin. Atau muka stres yang kelihatan datang di depan cermin. Tapi saya bilang, ini bukan soal penampilan. Bukan tentang six pack atau one pack. Ini soal kesehatan.

Ah, segitunya...
Ya jelas dong.
Hari ini ulang tahun pernikahan kami ke sembilan. Kami baru sembilan tahun menikah. Belum seberapa lama bahkan belum sepuluh tahun.

Kata orang tahun kelima ada banyak cobaan dalam pernikahan, dan nampaknya sudah jauh kami lewati. Tapi ini kan tetap baru sembilan tahun. Masih ada puluhan tahun ke depan yang harus kami lewati. Abim akan sunat beberapa tahun lagi. Ayrin masuk TK. Tanpa terasa Abim menikmati masa SMP, SMA, kuliah, mengenal gadis kalem yang dia nantikan, dan kemudian 20 tahun lagi saya harus mengantarnya melamar.

Ayrin

Sementara lima tahun setelah lamaran itu, saya insyaAllah harus menjadi wali nikah untuk Ayrin. Dan lalu keduanya akan hidup dengan keluarga masing-masing. Di masa depan tentu komunikasi lebih mudah. Konferensi video bisa dilakukan setiap saat dan komunikasi bisa terjalin layaknya kita hidup bersebelahan.

Tapi tetap, saya akan menjalani hidup ini secara nyata, dengan perempuan yang sembilan tahun lalu saya pilih untuk dinikahi. Perempuan, yang sembilan tahun lalu, saya memegang erat tangan ayahnya pada satu senja, dan berjanji bahwa putrinya akan saya jaga sepenuh hati apapun yang terjadi.

Jadi, jika saya harus menikmati semua itu di tahun-tahun depan dan memenuhi janji untuk menjaga perempuan ini, maka saya ingin selalu bisa menjalani semuanya dalam suasana penuh berkah, rahmat, kesehatan, kesejahteraan dan rasa syukur. Maka sebenarnya, kegalauan akan lingkar perut yang 93 cm itu adalah pertanda, betapa saya ingin selalu sehat untuk menikmati kehidupan bersama perempuan pilihan hati ini.

Saya ingin sehat karena ada begitu banyak yang harus dilakukan bersama di masa datang.
Djeung iva, terima kasih untuk sembilan tahun yang luar biasa ini.
Terima kasih untuk menu sehat dari dapur, untuk membolehkanku memakai pembersih muka, memegang remote waktu nonton tivi, dan berlama-lama baca buku di kamar mandi tiap pagi.
Semoga Allah memudahkan untuk tahun-tahun mendatang.

***

Ini bukan tulisan saya (jelas, hehe). Suami dari sepupu saya menuliskannya dalam rangka ulang tahun pernikahan kesembilan (makanya judulnya "9"). Romantis. Saya tersentuh pas baca bagian ini:
"Saya ingin sehat karena ada begitu banyak yang harus dilakukan bersama di masa datang."
Ternyata ada yang setuju dengan saya (di tulisan saya sebelumnya) bahwa, kita hidup sehat bukan hanya untuk diri sendiri.