Tuesday, September 17, 2013

Bersiap untuk Penempatan



Di tengah pesta seleksi penerimaan ujian CPNS, di antara pertanyaan tentang pengalaman mengikutinya, saya tiba-tiba tertarik menulis sedikit tentang satu hal yang mungkin dilupakan para pejuang CPNS, yaitu penempatan.

Hampir  semua seleksi penerimaan CPNS mensyaratkan peserta untuk bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan sampai harus menyertakan surat pernyataan ditandatangani di atas materai yang berisi bahwa kita bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia lengkap dengan sanksinya. Ups..kelihatannya menakutkan.

Saya beruntung karena saya bisa memilih formasi yang dilamar pada saat mengikuti seleksi CPNS di LIPI. Paling tidak saya bisa mempersiapkan mental apabila diterima. Secara kebetulan, formasi saya pada waktu itu hanya ada di Jakarta sehingga memang bisa dibilang saya tidak terlalu dipusingkan dengan pilihan kota penempatan. Instansi lain yang biasa menyebutkan penempatannya adalah Badan Pusat Statistik. Dalam pengumuman, formasi untuk Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) biasanya disertai lokasi penempatan.

Jika formasi yang dilamar tidak menyebutkan penempatannya, kita harus siap menerima konsekuensi untuk ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia. Tetapi sebenarnya kondisi di lapangan tidak begitu juga. Ada instansi yang bisa kita tebak penempatannya. Instansi yang hanya memiliki kantor di Jakarta otomatis hanya akan menempatkan pegawainya di Jakarta, mmisalnya: Sekretariat Negara, Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Negara BUMN, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Bappenas, Perpusnas RI, Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Instansi ini kemungkinan besar hanya akan menempatkan pegawainya di Jakarta, tidak di daerah-daerah, apalagi di luar Jawa. Kita sudah pasti akan ditempatkan di ibu kota. Tinggal mempersiapkan mental saja.

Bagaimana dengan instansi lainnya? Jika tidak disebutkan penempatannya, bersiaplah untuk ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia. Namun, tetap saja kita bisa memprediksi. Jika melamar di Kementerian Hukum dan HAM apalagi untuk posisi Jaksa, kemungkinan bisa ditempatkan di daerah sampai pada tingkat kecamatan. Jika melamar di Kementerian Luar Negeri untuk posisi diplomat, bisa saja ditempatkan di luar negeri. Begitu pula dengan posisi auditor di Badan Pemeriksa Keuangan yang biasanya rawan mutasi.

Jika formasi tidak menyebutkan lokasi penempatan, ada sisi positif yang akan diperoleh instansi karena mendapatkan calon pegawai yang terbaik dari sekian banyak pelamar. Karena tidak disebutkan lokasi penempatan, otomatis pelamar tidak begitu mempertimbangkan ketika akan melamar sehingga diperoleh calon pegawai yang kompeten. Biasanya, penempatan akan diberitahukan setelah calon pegawai memenuhi syarat pemberkasan yang nota bene mengharuskan kita menandatangani pernyataan bahwa tidak akan mengundurkan diri sebagai PNS selama 4 tahun atau membayar denda sebesar 10 juta rupiah. Jadi mesti dipikirkan masak-masak ya...

Ironisnya, meskipun formasi sudah menyebutkan lokasi penempatan, terkadang masih saja ada yang mengundurkan diri. Kasus ini banyak terjadi di angkatan saya. Perlu lebih dari dua tangan untuk menghitung berapa banyak yang mengundurkan diri. Beberapa di antaranya adalah yang ditempatkan di daerah. Teman yang ditempatkan di suatu tempat Bali bercerita bahwa alasannya mengundurkan diri adalah untuk menemani ibunya yang tinggal sendirian di rumah, juga karena kondisi lokasi tempat kerja yang tidak memungkinkan untuk membangun kehidupan keluarga. Suhu di sana sangat dingin dan jauh dari ibu kota propinsi (60 km dari Denpasar). Teman yang ditempatkan di suatu pulau di Ambon juga mengundurkan diri karena dia memilih untuk menjadi dosen di perguruan tinggi swasta dan hidup bersama suaminya di Yogyakarta.

Sebagian besar perantau di Jakarta (termasuk saya) memimpikan betapa enaknya tinggal di daerah: bebas macet dan stres. Tetapi ada juga sebagian dari mereka yang merasa beruntung ditempatkan di Jakarta dengan segala tekanan dan persaingannya daripada harus ditempatkan di daerah terpencil atau di daerah perbatasan yang minim fasilitas.

Semua memang soal pilihan. Jika kita memang berniat untuk merantau dan menikmati petualangan baru di tempat baru, tentu tidak masalah. Yang jelas, kita harus mengetahui dengan baik apa yang menjadi pilihan kita supaya tidak menyesal.

Berusaha itu wajib, Tuhan yang menentukan.

Sunday, September 1, 2013

Touchdown Beijing



Arabian says, “Utlubul ‘ilma walau fii tsin”, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.
Tak pernah ada dalam pikiran saya, sekalipun, suatu saat akan berkesempatan mengunjungiBeijing, Cina, apalagi gratisan dan dalam waktu yang cukup lama, tiga minggu. Alhamdulillah. I’m very blessed.

Tiga minggu bisa berarti menyenangkan, banyak waktu untuk jalan-jalan, belanja, dan tentu saja uang saku yang lebih (haha, ngarep!). Tapi tiga minggu juga bisa berarti menyiksa. Praktis selama di sana pola makan akan terganggu karena di Beijing banyak dijual makanan yang tidak dijamin kehalalannya. Maka saya mencari segala sesuatu tentang Beijing sebelum meluncur ke sana.

Cuaca

Cuaca adalah hal yang pertama kali saya perhatikan. Saya mencari data ramalan cuaca di Beijing pada bulan September. Suhu di sana berkisar antara 14-25 derajat celcius dan selanjutnya turun menjadi 11-20 derajat celcius pada akhir September. Perbedaan suhu rendah dan tinggi cukup signifikan jika dibandingkan sewaktu saya pergi keHanoi. Pada bulan September, Beijing sedang memasuki musim semi. Yap, autumn. So I’ll have autumn in Beijing. Suhunya tidak terlalu panas, karena musim panas baru saja selesai pada bulan Agustus. Banyak situs dan blog yang menyebutkan bahwa waktu paling nyaman untuk mengunjungi Beijing adalah September sampai Oktober karena suhunya bersahabat, sejuk, dan tidak banyak debu seperti ketika musim panas. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah pada musim gugur bisa saja tiba-tiba menjadi dingin di siang hari.

Pakaian

Saya bertanya ke sana kemari. Pakaian seperti apa yang dibutuhkan untuk menghadapi suhu 14-25 derajat celcius? Saya bertanya pada beberapa orang yang sudah pernah ke luar negeri. Teman pertama, sudah pernah ke Washington selama 5 bulan sejak musim panas sampai musim salju. Dia bilang, rentang suhu itu cukup diatasi dengan jaket biasa seperti yang dipakai di Indonesia. Suhu nol derajat pun bisa dihadang asalkan angin tidak kencang. Lain halnya jika suhu 15 derajat tetapi anginnya kencang, maka akan terasa lebih dingin dan membutuhkan pakaian yang lebih tebal. Teman kedua, sudah pernah ke Beijing setahun lalu, sejak bulan September selama tiga bulan. Dia menyarankan saya untuk membawa jaket tebal dan sepatu boot, juga sarung tangan, penutup kepala, dan penutup telinga. Saya berkali-kali meyakinkan lagi, apa iya perlu perlengkapan seperti itu, karena banyak blogger yang bilang, cuacanya sejuk dan cukup membawa jaket ringan. Tapi saya seperti tersihir ketika dikirimi fotonya sewaktu di Beijing ini. Katanya, hangat untuk ukuran orang Cina dan Eropa bisa berarti masih terasa dingin untuk saya yang terbiasa kepanasan di kosan tanpa AC (curhat, hehe)

Pukul 9 pagi pada musim gugur di Beijing


Saya masih belum percaya. Maka saya bertanya pada teman ketiga, seorang guru bahasa Mandarin yang pernah kuliah di Cina. Dia kuliah di Xia Men, Cina bagian selatan. Beijing sendiri terletak di Cina bagian utara. Jadi menurutnya, akan lebih dingin daripada di Xia Men. Dia juga menyarankan saya untuk membawa mantel dan sepatu boot. 

Makin banyak pendapat, makin bingung. Rupanya itu memang benar-benar berlaku. Makin banyak membaca blog, membuat saya bingung. Apa yang harus dipersiapkan? Setelah mempertimbangkan dan mengumpulkan informasi, saya memutuskan untuk membawa jaket panjang yang disebut trench coat. Trench coat adalah jaket panjang terbuat dari polyester dengan lapisan linen di dalamnya, panjangnya sampai ke lutut. Jaket ini tidak terlalu tebal, tetapi cukup untuk menghangatkan dan yang lebih penting menahan angin. Selain itu saya juga membawa long john untuk dipakai sebelum baju luar jika hawa dingin  tidak teratasi dengan trench coat.

Tentang pakaian yang dibawa, teman saya menyarankan untuk membawa pakaian yang cukup longgar agar nyaman ketika dipakai untuk melapisi longjohn. Saya mencoba pakaian yang akan dibawa, untuk meyakinkan bahwa saya cukup nyaman mengenakannya. Saya lupa melakukan ini saat mempersiapkan pergi ke Hanoi sehingga celana kain yang saya pakai waktu itu terasa sangat ketat dipakai bersama longjohn.

Alas Kaki

Saya tidak mau membeli sepatu boot. Entah kenapa saya merasa takut salah kostum sesampainya di sana. Teman pertama tadi menyarankan untuk memakai sepatu yang nyaman untuk berjalan karena pada umumnya kita akan banyak berjalan ketika bepergian di luar negeri. Yang penting nyaman di kaki dan kalau bisa, pakai sepatu yang tertutup. Kickers menjadi referensi yang dia ajukan.

Makanan

Untuk urusan makanan nampaknya sulit menemukan makanan halal di Beijing. Tetapi, dari hasil browsing ke sana kemari, saya menemukan daftar restoran muslim di Beijing. Katanya, di Beijing sulit membeli nasi tanpa lauk. Restoran tidak mau menjual nasi terpisah tanpa lauk. Padahal belum tentu kita doyan lauk yang dijual di sana. beberapa traveler bahkan membawa rice cooker untuk memasak nasi sendiri. Dianjurkan juga untuk membawa beberapa makanan instan seperti abon, rendang kering, kering kentang, mi gelas, jahe instan, energen, sambal instan, dan sebagainya. Ini untuk mengantisipasi jika kita tidak doyan makanan yang dijual di sana.

Bahasa

Orang Cina katanya memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Saking tingginya, mereka bahkan tidak mau berbicara Bahasa Inggris meskipun di sekolah sudah diajarkan. Yang lebih parah lagi, kebanyakan mereka tidak bisa membaca huruf a, b,c seperti yang Anda baca di blog saya ini. Jadi kita harus menyiapkan petunjuk jalan dalam huruf China. Panitia acara juga mengirimkan tulisan yang berarti: “Take me to my hotel: Beijing Friendship Hotel”. Ini untuk menjaga apabila kami tidak menemukan sopir yang akan menjemput kami di bandara. Tulisan ini juga bisa digunakan jika kita tersesat.

Ada tiga sumber yang dapat memberikan informasi untuk mempersiapkan kunjungan kita ke luar negeri.

  1. Sumber pertama, google. Kita bisa mencari apa saja di internet bukan? Untuk cuaca, kita bisa googling ramalan cuaca di Accuweather, dan situs lainnya. Untuk hal lainnya, ketikkan di mesin pencari google: Beijing, weather in Beijing, travel in Beijing, autumn in Beijing (jika sudah mengetahui musimnya), clothing in autumn. Jika membaca informasi yang ditulis bukan oleh orang Indonesia, kita perlu sedikit memilah. Bagi orang Eropa, atau Amerika, atau negara lain yang sudah terbiasa dengan salju, ukuran dingin bagi mereka berbeda dengan kita yang biasa tersengat matahari di negara tropis.
  2. Sumber kedua, teman yang pernah ke sana. Kita bisa bertanya dengan lebih objektif karena sesame orang Indonesia tentu memiliki ukuran dingin yang cenderung sama. Tapi perlu diingat juga, jika tahun kunjungannya sudah cukup lama, misalnya tiga tahun lalu, bisa jadi sekarang ini terjadi perubahan cuaca.
  3. Sumber ketiga, kita bisa mencari di youtube. Video membuat kita lebih mudah membayangkan keadaan di negara tujuan daripada deskripsi yang ditulis di blog atau situs. Bulan September di Beijing katanya sedang musim gugur. Maka saya mencari “Autumn in Beijing” untuk melihat seperti apa cuaca di sana. Di jadwal acara, saya menemukan dua hari yang kosong tanpa acara karena ada Moon Festival Holiday. Maka saya juga mencari “Moon Festival ini Beijing” dan menemukan satu video yang menggambarkan orang-orang keluar dari tempat pertunjukan dalamrangka Moon Festival. Dari video itu saya bisa melihat pakaian orang-orang di sana sehingga saya tidak akan salah memilih kostum.

Baiklah, sepertinya persiapan saya sudah cukup matang. Ready to touchdown Beijing, yippie..