Monday, January 27, 2014

Umroh 2014: Hari Kedua, Masjid Nabawi!



Hari ini hari pertama kami di Madinah. Setelah menunggu mendapat kunci kamar, kami pun mencari kamar masing-masing. Saya, ibu, dan 2 tante saya berada dalam satu kamar. Setelah mengatur koper di kamar, kami beristirahat sejenak menunggu adzan subuh. Saat itu pukul 2 pagi sedangkan adzan subuh pukul 5.30. Kami masih punya cukup waktu untuk sekedar berbaring setelah perjalanan panjang dari tanah air.

Alarm yang disetel sudah berbunyi. Kami bersiap untuk shalat subuh di Masjid Nabawi. Kostum yang saya pakai: baju gamis pink, bergo pendek sebatas dada, dan bergo panjang sampai ke perut (bergo panjang saya masukkan ke dalam tas, hanya dipakai saat sholat nanti). Oiya, tidak lupa juga saya memakai kaos kaki dan membawa plastik untuk menyimpan sandal di dalam tas. Awalnya saya berpikir membawa kaos kaki cadangan supaya bisa mengganti dengan kaos kaki yang lebih bersih untuk sholat. Tetapi tante saya bilang, kotor bukan berarti najis. Benar juga ya… ini kan pelajaran agama Islam sewaktu SMP hehe. Oh iya, saya baca di blog, katanya pemeriksaan di Masjid Nabawai cukup ketat, terutama masalah kamera.



Hanya butuh waktu sepuluh menit dengan jalan kaki kami sampai di Masjid Nabawi. Tak lupa kami membaca doa masuk Masjid Nabawi. Subhanallah. Ramai sekali. Waktu itu masih pukul setengah lima pagi, masih satu jam dari adzan subuh. Tetapi masjid sudah ramai. Yah, memang masjid ini tidak pernah sepi.

Di pelataran masjid, terdapat pembatas untuk memisahkan jalan masuk jamaah laki-laki dan perempuan.  Hotel kami paling dekat dengan pintu nomer 25 untuk masuk jamaah perempuan(Pintu Utsman bin Affan). Saat baru tiba di hotel tadi, muthawwif menjelaskan bahwa agar tidak tersesat sekembalinya dari masjid menuju hotel, kami harus keluar melalui pintu yang sama. Hal ini penting karena jika kita keluar dari pintu yang berbeda, maka akan membingungkan untuk mencari letak hotel.

Di pintu masuk masjid, terdapat beberapa penjaga perempuan yang disebut Askar. Mereka berpakaian hitam dan bercadar. Jangan salah, mereka menguasai beberapa bahasa: Inggris, Melayu, Turki, Iran, dan beberapa bahasa negara di mana terdapat kaum muslim. Benar saja, Askar itu berbicara bahasa Melayu: Ibu-ibu..sebentar..periksa dulu..antri. Hihi mereka mengenali kami dari wajahnya, sehingga otomatis bahasanya menyesuaikan. Saya menyelipkan handphone berkamera di dalam gulungan sajadah. Dan, lolos dari pemeriksaan. Tapi saya maklumi juga, pemeriksaan sekian banyak jamaah tentu tidak akan ketat seperti di bandara.

Lolos dari pemeriksaan, kami bergegas menuju tempat sholat. Subhanallah..masjidnya luaaaass dan juga dingin. Hawa dingin datang dari AC yang terdapat pada bagian bawah tiang masjid ini. Padahal jarak antar tiang masjid Nabawi sekitar 6 meter. Brr...
 
Kami mencari tempat sholat yang menggunakan karpet. Tidak semua bagian masjid beralaskan karpet. Kalo saya kelompokkan, ada tiga bagian. Pertama, pelataran tempat di mana terdapat payung2 cantik yang sering kita lihat di foto.  Pelataran ini bagian terluar dan tidak beratap. Kedua, serambi setelah pemeriksaan pintu masuk. Bagian ini beralaskan karpet dan banyak tangki air zam-zam di sepanjang jalan menuju bagian dalam. Ketiga, bagian dalam masjid yang berkarpet merah. Bagian ini merupakan bagian yang paling depan.

Bagian berkarpet merah


Susah juga mencari tempat kosong yang berkarpet. Bagian serambi dan bagian dalam memang beralaskan karpet, tetapi karpetnya tidak penuh menutup lantai jadi bisa juga mendapat tempat yang tidak beralaskan karpet. Masalahnya..saya membawa sajadah yang tipis, sedangkan ibu saya membawa sajadah muka. Hihi..bismillah saja. Semoga tidak kedinginan.

Selama menunggu adzan subuh, jamaah masjid memperbanyak membaca quran. Tidak perlu membawa quran karena di sana disediakan banyak sekali quran. Oh ya, selagi menunggu adzan itu, ada seorang perempuan yang meminta kami untuk bergeser sedikit karena dia ingin sholat sunnah tetapi lantas tidak berpindah sampai sholat subuh. Perempuan itu berbadan tinggi besar dan relatif gemuk. Sepertinya dia orang Iran atau Turki. Nah, ini kebiasaan yang kurang baik untuk ditiru, mereka meminta jamaah di sekitarnya untuk bergeser sedikit-sedikit  agar mereka bisa sholat. Awalnya saya agak kesal juga. Tapi, kemudain saya ingat.. astaghfirullah ..sabar..sabar.. Dia juga sesama muslim yang ingin sholat.

Bisa jadi ini adalah sholat subuh yang paling berkesan dalam hidup saya. Masih tidak menyangka saya bisa bersujud di tempat ini. Perasaan antara tidak percaya, senang, dan takut bercampur semua. Sepertinya tidak ingin menyia-nyiakan sedikitpun waktu saya di masjid ini.
 
Selesai sholat subuh, kami keluar masjid. Karena masjid ini sangatlah luas dan jamaahnya sangat baanyaaak…untuk keluar masjid pun harus antri. Oh ya, seperti yang sudah saya ceritakan tadi, di bagian serambi terdapat tangki air zam-zam. Jamaah bisa minum sepuasnya. Alhamdulillah, pagi ini saya merasakannya lagi, setelah entah berapa lama saya tidak minum air zam-zam. Sekarang, di Masjid Nabawi ini tidak perlu khawatir, saya bisa minum sepuasnya. Alhamdulillah.






Jika saya perkirakan, waktu untuk keluar dari Masjid Nabawi sekitar 15-20 menit tanpa minum air zam-zam. Maklum saja, karena jamaahnya banyak, tentu harus sabar mengantri. Lepas dari pelataran masjid, terdapat pedagang kaki lima berjualan berbagai macam barang: gamis, jilbab, quran Madinah, sajadah, kopiah, kurma, cokelat, parfum, dan barang-barang lain khas Saudi Arabia.

Kami memutuskan untuk tidak berbelanja dulu karena sangat kelelahan setelah perjalanan panjang. Setelah sarapan di hotel, kami istirahat sampai nanti menjelang dhuhur. 

Cerita terkait:
Melangkah ke Raudhah

1 comment: