Sore ini saya pulang telat. Ada tugas mendadak. Pergi ke Mal Grand Indonesia, membeli souvenir untuk tamu dari Jepang yang akan rapat bersama tim kami besok pagi.
Sesampainya di kos, saya disambut berita bahagia. Kami dapat kulkas baru. Khususnya untuk anak-anak lantai dua. Belum lama euforia itu dinikmati. Saya cek hp. Ada dua pesan. Dari tante Veronica, pemilik kos. Selagi saya buka sms tante, mbak Yati menceritakan kabar tidak enak.
Siang tadi tante menggeledah kamar anak-anak. Siapa lagi penyebabnya kalo bukan provokasi mba Yeti (pembantu sebelumnya, yang sudah berhenti sebelum lebaran kemarin).Tante pemilik kos membuka kamar anak-anak menggunakan kunci duplikat.
Ternyata sms tante berisi penjelasan bahwa tadi siang tante masuk kamar anak-anak, disertai penjelasan karena tadi listrik mati. Intinya tentang ketertiban pembayaran. Saya memberitahu tante bahwa saya memang punya magicom, dan sewaktu puasa dipakai bersama dengan mba Yeti karena magicom milik dia (yang dia dapat dari pemberian anak kos) dibawa suaminya ke Bogor karena tempat kerjanya jauh dari warung makan. Setelah libur lebaran, hampir tidak saya pakai karena mbak Yati sering memberi kami nasi untuk makan malam.
Beberapa anak, terutama anak lama, termasuk saya, kecewa. Jelas. Karena kamar kami dibuka tanpa ijin. Kekecewaan saya bertambah. Baru kemarin nama saya dibawa-bawa mba Yeti, sore ini ada lagi kejadian yang hampir tidak pernah terjadi selama 6 tahun terakhir: penggeledahan kamar. Bu Mar, tetangga kos kami, bilang dia juga kecewa karena namanya dibawa-bawa, sebagai salah satu orang yang mengajari mbak Yeti mengkorupsi uang kos.
Bu Mar sempat bertanya pada saya, pernah nyoba sms Yeti gak Riz? Sampai hari ini saya masih belum mau mencobanya. Malas. Kesal. Kecewa. Campur jadi satu.
Saya belajar satu hal, untuk tidak terlalu percaya pada orang, meskipun sama dengan saya (sama-sama orang kampung yang merantau di Jakarta). Memperlakukan orang terlalu baik sekaligus memberi toleransi terlalu besar akan kewajibannya sama saja memanjakannya. Dan ini bisa membuatnya besar kepala.
No comments:
Post a Comment