Friday, July 6, 2012

"Sembilan"

Ada menu yang sekuat tenaga, saya dan istri, coba hindari, yaitu mie instant. Padahal jelas rasanya enak, gampang dibikin, ditambah telor dan cabe bisa jadi menu alternatif. Apalagi kalau sedang turun minat makan menu harian.

Kami mungkin "korban" kampanye hidup sehat. Meski predikatnya korban, toh kami bersyukur juga karena dampaknya positif. Banyak yang bilang jenis makanan ini pelan-pelan jadi racun bagi tubuh, jadi wajar kan kalau ada kekhawatiran.

Soal mie instant ini jadi bagian dari bahan obrolan kami soal keinginan hidup sehat. Topik lain biasanya adalah gorengan, lodeh bersantan kental (yang jadi kegemaran), kebiasaan jalan pagi di hari libur yang susah jadi rutinitas, sampai menu-menu alternatif tanpa minyak.
Bagian ini istri memang agak bawel, hehehe.

Kalau dengar ada kawan yang dipanggil Tuhan pada usia muda, apalagi yang karena sakit jantung atau kanker, pasti ada perubahan drastis di rumah. Menu masakan sehat, yang serba rebus dan bebas minyak silih berganti datang. Olahraga juga jadi prioritas di minggu pagi. Pendeknya, semangat hidup sehat menggebu-gebu. Setidaknya sampai beberapa hari, hingga ingatan soal kawan yang meninggal gara-gara kanker atau serangan jantung itu lewat tanpa bekas. Lalu kebiasaan makan menu tak ramah jantung dan berpotensi kanker datang lagi. Gorengan di pagi hari, lodeh santan, menu padang, termasuk item-item aneh macam iso, babat dan bangsa jeroan lain. Semangat untuk disiplin makan sayur, rajin konsumsi buah, rutin olahraga lewat bersama angin.

Sampai perut makin buncit dan semakin banyak celana jeans harus digantung karena tak muat lagi. Sampai ada berita lagi soal kawan yang meninggal karena kanker atau serangan jantung. Ada juga perasaan kangen pada lingkar perut 80 cm dan mulai kecapekan membawa bagong style yang 93 cm ini. Meski selalu hanya one pack dan bukannya six pack, tapi 80 tentu jauh lebih nyaman dibanding ukuran nyaris semeter.
Istri sering bawel kalau soal lingkar perut sudah saya omongin. Atau muka stres yang kelihatan datang di depan cermin. Tapi saya bilang, ini bukan soal penampilan. Bukan tentang six pack atau one pack. Ini soal kesehatan.

Ah, segitunya...
Ya jelas dong.
Hari ini ulang tahun pernikahan kami ke sembilan. Kami baru sembilan tahun menikah. Belum seberapa lama bahkan belum sepuluh tahun.

Kata orang tahun kelima ada banyak cobaan dalam pernikahan, dan nampaknya sudah jauh kami lewati. Tapi ini kan tetap baru sembilan tahun. Masih ada puluhan tahun ke depan yang harus kami lewati. Abim akan sunat beberapa tahun lagi. Ayrin masuk TK. Tanpa terasa Abim menikmati masa SMP, SMA, kuliah, mengenal gadis kalem yang dia nantikan, dan kemudian 20 tahun lagi saya harus mengantarnya melamar.

Ayrin

Sementara lima tahun setelah lamaran itu, saya insyaAllah harus menjadi wali nikah untuk Ayrin. Dan lalu keduanya akan hidup dengan keluarga masing-masing. Di masa depan tentu komunikasi lebih mudah. Konferensi video bisa dilakukan setiap saat dan komunikasi bisa terjalin layaknya kita hidup bersebelahan.

Tapi tetap, saya akan menjalani hidup ini secara nyata, dengan perempuan yang sembilan tahun lalu saya pilih untuk dinikahi. Perempuan, yang sembilan tahun lalu, saya memegang erat tangan ayahnya pada satu senja, dan berjanji bahwa putrinya akan saya jaga sepenuh hati apapun yang terjadi.

Jadi, jika saya harus menikmati semua itu di tahun-tahun depan dan memenuhi janji untuk menjaga perempuan ini, maka saya ingin selalu bisa menjalani semuanya dalam suasana penuh berkah, rahmat, kesehatan, kesejahteraan dan rasa syukur. Maka sebenarnya, kegalauan akan lingkar perut yang 93 cm itu adalah pertanda, betapa saya ingin selalu sehat untuk menikmati kehidupan bersama perempuan pilihan hati ini.

Saya ingin sehat karena ada begitu banyak yang harus dilakukan bersama di masa datang.
Djeung iva, terima kasih untuk sembilan tahun yang luar biasa ini.
Terima kasih untuk menu sehat dari dapur, untuk membolehkanku memakai pembersih muka, memegang remote waktu nonton tivi, dan berlama-lama baca buku di kamar mandi tiap pagi.
Semoga Allah memudahkan untuk tahun-tahun mendatang.

***

Ini bukan tulisan saya (jelas, hehe). Suami dari sepupu saya menuliskannya dalam rangka ulang tahun pernikahan kesembilan (makanya judulnya "9"). Romantis. Saya tersentuh pas baca bagian ini:
"Saya ingin sehat karena ada begitu banyak yang harus dilakukan bersama di masa datang."
Ternyata ada yang setuju dengan saya (di tulisan saya sebelumnya) bahwa, kita hidup sehat bukan hanya untuk diri sendiri.

No comments:

Post a Comment