Mengikuti
proses seleksi CPNS yang diikuti adik saya membuat saya ikut deg-degan dan ikut
berharap-harap cemas apalagi dia sudah lolos tahap tes kemampuan dasar dan
lanjut ke tahap psikotes dan wawancara.
Sebenarnya
wawancara bertujuan untuk mendapatkan kandidat terbaik, bukan yang paling
jenius, tetapi yang paling siap untuk berkomitmen terhadap organisasi, yang
berintegritas, dan yang paling penting adalah jujur.
Seleksi
karyawan pada umumnya dilakukan berbasis karakter baru kemudian skill. Filosofinya,
orang yang tidak bisa mencangkul, jika diajari nantinya akan mampu. Berbeda
dengan karakter. Orang yang tidak jujur, meskipun seumur hidup diajari untuk
jujur belum tentu bisa. Orang yang malas, sangat susah untuk diajari menjadi
rajin. Karena itulah merekrut orang yang berkarakter lebih utama daripada
merekrut orang yang pintar. Nah, gambaran karakter ini diperoleh melalui
psikotes.
Biasanya
hasil psikotes menjadi rujukan ketika dilakukan wawancara. Hasil psikotes yang
belum jelas akan diklarifikasi kepada peserta tes apakah karakter kita sesuai
dengan hasil psikotes.
Selain hasil
psikotes, pada saat wawancara juga sering ditanyakan isian data diri ketika
mengisi formulir. Jika seleksi terdiri dari banyak tahap, kadang hampir setiap
tahapan kita diminta mengisi informasi umum terkait data diri. Jika demikian,
kita harus konsisten mengisinya. Ingat-ingat betul apa yang kita isikan
sehingga jika diminta mengisi berulang kali, jawaban kita akan konsisten.
Pada akhir
wawancara, biasanya pewawancara akan mengajukan pertanyaan yang memojokkan
karena dengan cara itu pewawancara bisa menggali lebih banyak tentang karakter
kita.
Selamat
berjuang!
*disarikan
dari informasi internal terkait perekrutan pegawai tahun 2010 di tempat saya bekerja, feel free for asking
No comments:
Post a Comment