Memberikan ASI perah (ASIP) memang banyak sekali seluk
beluknya. Saya akui sudah banyak sekali membaca blog atau artikel tentang
manajemen ASIP. Tapi tak ada salahnya ya saya bagi cerita pengalaman saya
sendiri. Cerita kali ini tentang bagaimana cara menyimpan ASIP.
Pertama, tentang memilih botol. Botol ASIP ada beberapa macam. Ada botol ASIP
yang berbentuk seperti wadah susu, cenderung lebih tipis dan memiliki tutup
karet. Saya sendiri tidak pernah mencoba memakai botol ini karena menurut
teman-teman yang sudah pengalaman, botol semacam ini lebih rapuh. Meskipun
ringan ketika dibawa dalam perjalanan, tutup botolnya sering tiba-tiba lepas
jika ASIP sedang dihangatkan.
Botol tutup karet |
Ada juga botol ASIP yang terbuat dari plastik seperti botol
susu pada umumnya, hanya tutupnya saja yang tanpa dot. Jadi ketika ingin
memberikan ASIP (melalui dot), tutup botol cukup daiganti dengan dot. Tapi
sepertinya botol ini kurang pas di kantong, karena dalam jumlah yang besar,
biaya untuk membeli botol semacam ini pasti akan membengkak.
Botol khusus, harganya lumayan |
Pilihan saya jatuh pada botol yang mirip dengan kemasan UC.
Kenapa saya katakan mirip? Karena saya membeli botol yang baru, bukan botol
bekas. Ada botol mirip UC yang memang dibuat oleh pabrik botol menyerupai botol
UC dikarenakan adanya kebutuhan para ibu menyusui (busui) yang harus menyimpan
ASIP. Awalnya, seorang teman bercerita bahwa dia khawatir jika membeli botol yang
kurang steril dalam proses pencucian botol. Lalu dia menyarankan saya untuk
menyicil membeli UC 1000 satu botol setiap hari kemudian botol bekasnya dicuci
dan disimpan sendiri.
Tetapi, cara ini kurang efektif juga bagi saya karena
saat itu saya disarankan untuk minum CDR yang mengandung kalsium. Jadilah suami
yang dikorbankan untuk minum UC 1000. Lama kelamaan dia bosan hehe. Solusinya,
saya beli botol mirip UC (bukan botol bekas ya) yang memang merupakan botol
baru. Oh iya, jika kita mengumpulkan botol UC sendiri, tutup botolnya bisa
diganti dengan tutup plastik. Sudah banyak yang menjual tutup botol untuk botol
UC. Tutupnya ada 2, tutup tekan lalu diikuti tutup ulir. Kedua tutup ini
cenderung lebih aman untuk membawa ASIP hasil perahan dalam perjalanan pulang
dari kantor supaya tidak tumpah.
Botol plastik khusus untuk perjalanan kantor-rumah |
Kedua, memberi label botol. Soal memberi label pun bagi saya
penting. Karena label harus tetap terbaca supaya tahu masa pakai ASIP. Setelah
mengikuti beberapa cerita di blog, kebanyakan botol ASIP diberi label dengan
stiker kertas yang sering kita lihat untuk label alamat undangan. Sewaktu awal
menabung ASIP, saya mencoba label kertas tapi ternyata luntur ketika sudah
masuk freezer. Mungkin karena faktor kulkas di rumah orang tua yang ada bunga
es nya. Saya memutar otak mencari cara bagaimana cara yang lebih baik untuk
memberi label pada botol ASIP. Akhirnya, saya menuliskan label pada selotip
bening menggunakan spidol permanent (waterproof) lalu menempelkan di botol.
Cara ini terbukti dapat menjaga tulisan pada label tetap terlihat setelah
berminggu-minggu disimpan di freezer.
Label di badan dan tutup botol |
Ketiga, menulis label. Apa saja yang ditulis di label? Saya
menuliskan nomor urut, tanggal, dan jumlah (mililiter) ASI yang ada dalam
botol. Nomor urut berguna untuk melihat ASIP nomor berapa yang paling lama, dan
yang paling baru. Pemberian nomor juga memudahkan ketika suatu saat kita
membersihkan freezer atau kulkas. Botol ASIP yang dikeluarkan saat membersihkan
freezer akan mudah disusun ulang jika diberi nomor tanpa perlu mengurutkan
tanggal karena otomatis nomor yang lebih kecil adalah tanggal yang lebih awal.
Jumlah (ml) ASIP pada botol juga menurut saya perlu ditulis karena ada suatu
masa ketika takaran minum bayi tidak bulat kelipatan 100ml sesuai isi yang
disarankan untuk botol UC. Nah, dengan menuliskan volume, kita bisa memilih
botol nomor berapa yang pas untuk minum ASIP dalam sehari sehingga tidak
terlalu banyak ASIP yang terbuang.
Label kertas vs Label selotip bening |
Keempat, membuat daftar ASIP. Saya membuat daftar ASIP
menggunakan kertas folio kemudian saya tempel di pintu kulkas. Satu halaman
saya bagi menjadi 2. Kemudian setiap bagian itu dibagi menjadi kolom: Nomor,
tanggal dan volume, serta wadah penyimpanan. Kenapa wadah penyimpanan ini perlu
ditulis? Karena saya menggunakan plastik ASIP juga untuk menyimpan ASIP. Jika
dalam daftar saya tuliskan jenis wadahnya, akan memudahkan saya untuk mencari
ASIP nomor sekian di deretan botol ataukah di tumpukan plastik. Daftar ASIP ini
memudahkan kita untuk memilih ASIP mana yang akan dipakai dahulu cukup dengan
melihat nomornya dan mencarinya di freezer berdasarkan jenis wadahnya. Daftar
ini juga berguna untuk mengecek apakah stok ASIP kita yang paling lama sudah
mulai masuk masa kadaluarsa sehingga bisa mengubah pola pemberian ASIP dari
first in last out menjadi first in last out. Tidak lupa juga setiap saya
menurunkan botol ASIP, nomor botol ASIP yang sudah dipakai saya coret pada
daftar. Hal ini memudahkan saya untuk mengecek jumlah stok ASIP dengan cepat
hanya dengan menghitung nomor botol. Jumlah stok ASIP dihitung dengan: nomor
ASIP tertinggi dikurangi nomor ASIP tertinggi yang dicoret dikurangi banyak
ASIP yang dicoret di antara kedua nomor tersebut. Maklum ya, saya terbiasa
mengelola kuesioner di kantor dalam jumlah ratusan. Sehingga, hal seperti ini
sudah biasa saya lakukan hehe.
Awal menyimpan ASIP |
Catatan yang tersisa |
Kelima, menyusun botol dan plastik pada freezer. Setelah
botol diberi nomor, saya menyusun botol tersebut berjajar ke belakang, kemudian
pada barisan di sebelahnya berjajar ke belakang lagi. Untuk ASIP dalam plastik,
saya membekukannya dalam keadaan mendatar supaya memudahkan menyusun dan hemat
tempat. Tapi, saya tidak merekomendasikan membekukan ASIP menjadi tipis seperti
itu jika ASIP akan dibawa dari dan ke luar kota ya. Karena ASIP beku cenderung
mudah cair jika permukaannya semakin luas dan bentuknya tipis. Nah, untuk
memudahkan mengambil, saya memberikan batas berupa talenan plastik (cutting
mat). Batas ini saya letakkan di antara barisan terlama dengan barisan terbaru.
Talenan ini juga berguna untuk ‘mencetak’ ASIP dalam plastik supaya beku dalam
bentuk gepeng. Selain itu, saya menggunakan karet gelang untuk menandai botol
mana yang besok harus dipakai dahulu jika ASIP yang sudah saya turunkan pada
malam hari masih kurang. Saya cukup bilang pada pengasuh untuk mengambil botol
yang saya beri karet gelang pada leher botolnya. Praktis bukan? Cara seperti
ini memudahkan saya dalam memberikan ASIP, menginstruksikan pengasuh, dan menghemat
waktu karena tidak perlu melihat-lihat tanggal untuk memilah botol. Seringkali
terjadi, teman-teman saya mendapati ASIP yang sudah kadaluarsa. Dan harus
membuangnya. Sedih sekali kan? Dengan cara ini, saya yakin tidak ada lagi ASIP
kadaluarsa.
Masa-masa terakhir sebelum memutuskan untuk berhenti memerah ASI |